2,9 Juta Pengangguran Baru Bikin Daya Beli Macet

2 menit reading
Selasa, 4 Mei 2021 16:29 0 62 Redaksi

KARAKTER.CO.ID – Ekonom Senior CORE Indonesia Hendri Saparini menyebut 2,9 juta pengangguran baru akibat pandemi covid-19 jadi penyebab mandeknya konsumsi rumah tangga alias daya beli masyarakat.
Selama ini, mereka hanya mengandalkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah untuk dapat bertahan dari hari ke hari dan tidak dapat meningkatkan pengeluaran.

“Bansos itu hanya sebagai survival. Nah, sementara dia membutuhkan tambahan income (pendapatan) untuk bisa menaikkan spending (belanja) mereka. Jadi inilah yang kemudian menjadi PR besar bagi Indonesia,” ujarnya dalam webinar ‘Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi’, Selasa (4/5).

Selain pengangguran, Hendri juga menyebut rendahnya pengeluaran masyarakat berpendapatan atas dan menengah turut menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Padahal, struktur konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 65 persen terhadap PDB didominasi oleh dua kelas tersebut, yakni masyarakat berpendapatan atas dan menengah.

Namun sampai saat ini, mereka masih memprioritaskan penghasilannya untuk menabung dan berinvestasi karena tingginya kekhawatiran atas covid-19.

“Mereka belum spending, mereka masih akan tetap bertahan dengan kondisi seperti ini karena bagi mereka kesehatan itu nomor satu,” tuturnya.
Selain pengangguran,

Hendri juga menyebut rendahnya pengeluaran masyarakat berpendapatan atas dan menengah turut menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Padahal, struktur konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 65 persen terhadap PDB didominasi oleh dua kelas tersebut, yakni masyarakat berpendapatan atas dan menengah.

Namun sampai saat ini, mereka masih memprioritaskan penghasilannya untuk menabung dan berinvestasi karena tingginya kekhawatiran atas covid-19.

“Mereka belum spending, mereka masih akan tetap bertahan dengan kondisi seperti ini karena bagi mereka kesehatan itu nomor satu,” tuturnya.

Seperti diketahui,Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan di tengah pandemi covid-19 sejauh ini mencapai 2,9 juta pada Mei tahun lalu.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menuturkan jumlah tersebut terdiri dari 1,7 juta orang yang sudah terdata dan 1,2 juta orang yang masih dalam proses validasi data.

Meski demikian,per 16 April lalu data terbaru menunjukkan jumlah PHK hanya 1,94 juta pekerja yang terdiri dari 1,5 juta pekerja sektor formal dan 443 ribu pekerja sektor informal. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
.read_related { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .bio_avatar { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .beritaxx_related { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .area_footer_menu taxx_clear { display: none !important; } .after_title { display: inline !important; font-size: 14px !important; } .secondary_content { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .footer { display: none !important; } .taxxfooter { display: none !important; } .have_comment { display: none !important; }