5 Film Horor 2017 Penuh Teror di Netflix

3 menit reading
Minggu, 25 Jul 2021 12:30 0 86 Redaksi

KARAKTER.CO.ID – Film horor tak diragukan lagi merupakan salah satu genre yang paling dinikmati masyarakat. Kemampuan film horor untuk memicu rasa takut dan teror lewat sosok makhluk jahat, membuat penonton seakan turut merasakan mimpi buruk.
Belum lagi jika ditambah adegan andalannya yakni jump scare, serta suasana dan musik menyeramkan yang menambah ketegangan selama film berlangsung.

  1. It

Film It Chapter One didasarkan dari novel karya Stephen King pada 1986 tentang badut Pennywise menyeramkan yang meneror anak-anak. Kisah bermula ketika Bill membuat perahu kertas untuk George, adiknya berusia 6 tahun.

Sendiri di bawah guyuran hujan, adiknya memainkan perahu tersebut berlayar di genangan air. Namun perahu kertas tersebut jatuh ke selokan dan di sanalah George melihat badut Pennywise yang kemudian membuatnya hilang tanpa jejak.

Dihantui rasa bersalah, Bill dan teman-temannya kemudian mencoba menyelidiki tragedi tersebut. Mereka menyadari bahwa kasus hilangnya anak-anak selama berabad-abad di kota tersebut ternyata ulah si badut seram.

  1. Creep 2

Film Creep 2 merupakan sekuel film sebelumnya pada 2014, yang juga diproduksi Patrick Brice dan Mark Duplas. Kisah berawal dari niat seorang videografer bernama Sara (Desiree Akhavan) yang mencari materi untuk karya dokumenter terbarunya.

Usai mengetahui kisah soal pembunuh berantai, ia malah tertarik dan berusaha bertemu dengan pria pembunuh tersebut di sebuah rumah terpencil di hutan. Karakter tersebut dinilainya sempurna untuk menghasilkan karya yang sensasional.

Sara kemudian meminta bermalam di tempat tinggal Aaron (Mark Duplass). Namun segera ia menyadari bahwa telah melakukan keputusan fatal yang justru membahayakan nyawanya sendiri.

3. Veronica

Film horor 2017 selanjutnya berjudul Veronica, diangkat dari kisah nyata Estefania Lazaro yang ditemukan meninggal setelah memainkan papan Ouija pada 1991 di Vallecas, Madrid.

Diceritakan, Veronica adalah gadis 15 tahun yang tinggal bersama ibu dan 3 adiknya. Saat di sekolah, ia dan dua temannya ke ruang bawah tanah untuk melakukan pemanggilan arwah dengan papan Ouija.

Veronica melakukannya agar bisa menghubungi mendiang ayahnya. Namun pemanggilan arwah tersebut malah jadi awal mula teror yang sebenarnya.

Ia mengalami kerasukan iblis sepanjang waktu, bahkan berani melukai saudara-saudaranya. Kendati telah dilakukan pengusiran oleh biarawati, roh yang merasuki Veronica menolak hingga dinyatakan meninggal.

  1. 1922

Film yang juga diadaptasi dari novel karya Stephen King ini berkisah tentang pengakuan seorang petani yang membunuh istrinya lantaran bersitegang.

Cerita dipaparkan melalui perspektif Wilfred James (Thomas Jane), narator yang mengaku telah membunuh istrinya, Arlette (Molly Parker).

Bersama putranya yang masih remaja, Henry, ia menghabisi nyawa sang istri di sebuah rumah yang terletak di tengah ladang jagung yang luas di Nebraska, Amerika Serikat.

Berselang beberapa waktu usai Wilfred membuang tubuh istrinya ke dalam sumur, ia terus diteror oleh kumpulan tikus hingga membuatnya depresi.

Perlahan mulai terungkap bahwa kejadian mengerikan tersebut merupakan bagian dari teror arwah istri yang menghantuinya.

  1. Clinical

Rekomendasi film horor Netflix 2017 terakhir adalah Clinical arahan sutradara Alistair Legrand. Berkisah tentang seorang psikiater bernama Dr. Jane Mathis (Vinessa Shaw) yang mengalami trauma akibat serangan kejam dari pasiennya.

Serangan yang didapatkannya dua tahun lalu itu membuat Jane menderita stres pascatrauma (PTSD) dan kelumpuhan tidur, hingga mengharuskannya mengonsumsi obat.

Meski dilarang untuk melanjutkan praktik konselingnya, ia melawan dan tetap menerima pasien baru yang justru mengantarkan Jane pada teror mengerikan lainnya.

Sumber CNN, Minggu (25/07). (*)

Print Friendly, PDF & Email

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
.read_related { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .bio_avatar { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .beritaxx_related { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .area_footer_menu taxx_clear { display: none !important; } .after_title { display: inline !important; font-size: 14px !important; } .secondary_content { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .footer { display: none !important; } .taxxfooter { display: none !important; } .have_comment { display: none !important; }