Menguak Mitos di Balik Kuping Caplang Berarti Pintar

3 menit reading
Jumat, 30 Jul 2021 15:53 0 65 Redaksi

KARAKTER.CO.ID – Selama beberapa waktu, ada mitos bahwa pemilik kuping caplang merupakan orang yang pintar.
Tak hanya itu, bahkan sempat ada mitos yang menyebut dulu kala orang-orang yang boleh sekolah hanya yang memiliki kuping caplang. Itu yang kemudian menimbulkan asumsi bahwa pemilik kuping caplang pasti pintar.

Benarkah pemilik kuping caplang cenderung pintar?

Psikolog Kasandra Putranto mengatakan bahwa mitos ini semula berasal dari kepercayaan orang-orang China yang kemudian berkembang dan diyakini di negara-negara Asia.

“Sebenarnya asalnya dari kepercayaan Chinese yang mengatakan kuping caplang bawa rejeki jadi berkembang diterima di negara-negara Asia. Diyakini kuping caplang lebih pandai mendengarkan jadi menyerap lebih banyak, jadi lebih pintar,” kata Kasandra dikutip dari CNN.

Sebuah studi pada 2015 mengungkap bahwa orang menilai kepribadian anak-anak dengan telinga caplang atau menonjol tidak berbeda dengan anak-anak tanpa telinga caplang.

Bahkan, mereka cenderung menilai anak-anak yang telinganya paling menonjol sebagai yang paling cerdas dan menyenangkan. Tidak hanya itu, studi ini juga menunjukkan bahwa pemilik kuping caplang juga menarik.

Temuan ini juga menunjukkan bahwa “telinga yang menonjol menarik perhatian mata, tetapi belum tentu dalam arti negatif,” kata Dr. Ralph Litschel, penulis utama studi tersebut, seperti dikutip LiveScience.

Untuk beberapa anak dalam penelitian ini, menurut Litschel, telinga yang menonjol mungkin telah menambah kelucuan mereka.

Dalam studi tersebut, para peneliti mengambil foto dari 20 anak, usia 5 sampai 19 tahun, yang sedang mempertimbangkan untuk menjalani otoplasty, prosedur pembedahan yang mengurangi tonjolan telinga.

Mereka juga membuat versi Photoshop dari setiap gambar, mengubah telinga untuk menunjukkan bagaimana anak-anak akan terlihat setelah operasi.

Para peneliti menunjukkan gambar ke 20 pengamat, menggunakan alat pelacak mata untuk mengukur dengan tepat berapa lama pengamat menghabiskan waktu untuk melihat setiap bagian dari wajah anak-anak, dan juga meminta pengamat untuk menebak kepribadian anak-anak berdasarkan gambar.

Hasilnya menunjukkan bahwa pengamat menghabiskan sekitar 7 detik untuk melihat setiap wajah, dan melihat ke telinga selama sekitar 10 persen dari waktu itu untuk foto dengan telinga menonjol, dibandingkan dengan hanya 6 persen waktu untuk gambar yang di-Photoshop.

Diperkirakan bahwa orang fokus pada fitur wajah yang khas karena membantu kita mengenali orang lain, kata Litschel.

Namun, para peneliti terkejut menemukan bahwa para pengamat tidak memiliki persepsi negatif tentang ciri-ciri kepribadian anak-anak dengan telinga yang menonjol.

Temuan menunjukkan bahwa telinga yang menonjol mungkin tidak membawa stigma sosial, seperti yang diperkirakan beberapa peneliti sebelumnya.

Secara umum, daya tarik diketahui sangat memengaruhi persepsi kepribadian seseorang, kata para peneliti.

Dengan kata lain, ketika seseorang dinilai pintar atau sangat disukai, mereka juga dianggap menarik.

“Anak-anak dalam penelitian ini semua terlihat lucu dan pintar dengan caranya sendiri,” ujar Litschel.

Hal senada juga disampaikan Kasandra. Dia mengatakan bahwa kepercayaan itu berkembang dan membentuk konsep diri.

“Dari sisi psikologis, [kepercayaan] itu menjadi bagian dari keyakinan yang akhirnya membentuk konsep diri,” tambahnya.

Pada penelitian lainnya, ahli biologi evolusioner telah mempelajari bahwa orang yang memiliki fisik berbeda -baik itu bentuk asimetri pada telinga dan jari- tidak hanya dianggap lebih menarik tetapi juga cenderung lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih dominan daripada yang lain.

Dalam studi yang diterbitkan Harvard pada 2011 tersebut menunjukkan bahwa orang-orang dengan asimetri-misalnya, ketidakseimbangan dalam panjang telinga atau jari-seringkali merupakan pemimpin “transformasional” yang lebih baik, yang mampu menginspirasi pengikutnya untuk mengesampingkan kepentingan pribadi demi kebaikan kelompok.

Selain itu, tim yang mereka pimpin mengungguli tim yang pemimpinnya memiliki tubuh yang lebih simetris. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
.read_related { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .bio_avatar { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .beritaxx_related { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .area_footer_menu taxx_clear { display: none !important; } .after_title { display: inline !important; font-size: 14px !important; } .secondary_content { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .footer { display: none !important; } .taxxfooter { display: none !important; } .have_comment { display: none !important; }