KARAKTER.CO.ID – Pengusaha berharap agar pemerintah melonggarkan PPKM level 4 yang berakhir pada Senin (2/9). Pasalnya, sudah sebulan pengusaha yang terdampak PPKM darurat maupun level 4 harus menutup bisnisnya.
Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengaku pengusaha saat ini harap-harap cemas menunggu keputusan pemerintah mengenai implementasi PPKM level.
Ia berharap agar PPKM darurat berakhir sehingga berbagai sektor usaha yang tutup selama sebulan ini dapat beroperasi kembali demi kelangsungan usahanya.
Namun, jika terpaksa harus diperpanjang maka, ia berharapan PPKM bisa dilonggarkan menjadi PPKM level 3.
“Kalaupun masih diperpanjang, kami berharap levelnya bisa diturunkan dari PPKM level 4 ke PPKM level 3, khususnya di DKI Jakarta,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip dari CNN, Senin (02/08).
Itu ia harapkan karena kasus covid-19 di ibu kota sudah berhasil ditekan selama sepekan terakhir. Ia memastikan pengusaha tetap memberlakukan protokol kesehatan ketat apabila pemerintah memberikan kelonggaran pembatasan.
Menurutnya, jika PPKM level 4 diperpanjang akan menyulitkan kelangsungan usaha pusat perbelanjaan atau mal serta pemilik toko di dalamnya, sektor jasa, hingga pariwisata. Pasalnya, mereka tidak mengantongi omzet selama sebulan, sedangkan biaya operasional berjalan terus.
Oleh sebab itu, ia mengusulkan agar pemerintah mengizinkan kunjungan ke mal dengan syarat mengantongi sertifikat vaksin covid-19.
“Semoga pemerintah dapat mengambil keputusan yang bijak dengan mempertimbangkan aspek kesehatan,nasib pelaku usaha dan dinamika sosial yang ada,” imbuhnya.
Senada, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja berharap agar mal bisa beroperasi kembali. Jika penutupan berkepanjangan, ia khawatir kondisi ini akan berdampak pada sektor pendukung lainnya.
“Pusat perbelanjaan berharap ada pelonggaran dan mulai besok dapat beroperasi kembali,” ujarnya
Ia menilai pembatasan yang saat ini harus dievaluasi karena cenderung tidak terlalu efektif. Alasannya, pembatasan selama ini lebih banyak dilakukan di tingkat makro, sementara penyebaran virus corona terjadi di komunitas terkecil penanganannya hendaknya lebih berbasis mikro.
“Pembatasan – pembatasan yang diberlakukan selama ini lebih banyak dilakukan di tingkat makro sehingga dikhawatirkan pembatasan akan berkepanjangan akibat penanganan tidak fokus pada dasar atau akar permasalahan,” katanya. (*)
Tidak ada komentar