KARAKTER.CO.ID, Samarinda – Suasana hangat penuh warna mewarnai Atrium City Centrum Mall, Samarinda, selama dua hari, Kamis dan Jumat (17–18 Juli 2025). Helo East Festival 2025 hadir bukan sekadar festival seni, melainkan ruang perjumpaan lintas komunitas, lintas budaya, dan lintas aksi lingkungan dalam satu semangat bersama: merawat bumi melalui kearifan lokal.
Mengangkat tema “Harmoni Alam dan Budaya: Kearifan Lokal dalam Menjaga Bumi”, festival ini menjadi panggung edukatif yang menggandeng banyak pihak. Diselenggarakan oleh Helo Kaltim, Puan Lestari, dan Hetifah Scholarship Association (HSA), kegiatan ini didukung Komisi X DPR RI serta Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
“Helo East Festival bukan soal selebrasi budaya semata, tapi tentang kembali mengenali akar kita kearifan lokal yang mengajarkan hidup selaras dengan alam,” ujar Hanna Pertiwi, Founder Puan Lestari, Kamis (17/7/2025).
Hari pertama dibuka dengan berbagai lokakarya kreatif, termasuk string paper workshop bertema identitas lokal. Peserta, kebanyakan mahasiswa dan pelajar, diajak membuat gantungan kunci bergambar ikon Kalimantan seperti pesut Mahakam, anggrek hitam, dan motif Dayak.
Selain itu, terdapat workshop ilustrator lokal yang memperkenalkan filosofi pewarnaan batik di Kalimantan Timur. Dilanjutkan dengan talkshow budaya dari komunitas AEMTOBE mengupas makna dan asal-usul motif batik Kaltim, disusul pertunjukan tari dari sanggar-sanggar budaya Desa Lekak Kidau, Kutai Kartanegara.
Hari kedua berlangsung lebih reflektif. Dibuka dengan Community Networking Talks, forum ini mempertemukan beragam komunitas anak muda untuk berbagi praktik baik di bidang lingkungan, sosial, dan pelestarian budaya.
“Anak muda jangan cuma jadi penonton. Mereka bisa jadi aktor perubahan kalau diberi ruang dan koneksi,” tegas Hanna.
“Kami tidak sekadar mendaki atau foto-foto di hutan. Kami tinggal bersama warga adat, belajar langsung cara hidup mereka: menari, menanam, merawat,” ujar Hanna, menegaskan pentingnya kedekatan langsung dengan alam.
Menurutnya, kegiatan semacam ini memperkuat semangat generasi muda untuk bergerak tidak hanya di ruang akademik, tapi juga di tengah masyarakat dan lingkungan.
“Kami ingin menjadikannya gerakan jangka panjang. Budaya dan alam adalah dua kekuatan besar Kalimantan Timur. Jika dijaga bersama, ini akan jadi warisan terbaik untuk masa depan,” pungkasnya. (Bey)












