KARAKTER.CO.ID, Samarinda – Persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Kota Samarinda. Dengan produksi harian mencapai sekitar 600 ton, TPA Sambutan saat ini hanya mampu menampung kurang lebih 480 ton sampah per harinya.
Untuk memastikan pengelolaan berjalan optimal, Komisi III DPRD Samarinda bersama Dinas PUPR melakukan kunjungan lapangan ke Zona 1, Zona 2, hingga pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) TPA Sambutan, Senin (29/9/2025).
Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda, Deni Hakim Anwar, menegaskan perlunya percepatan pembangunan TPA Zona 2. Sebab, saat ini sampah di TPA Sambutan Zona 1 sudah hampir penuh dan menggunung hingga ketinggian 20 meter lebih.
“Zona 1 di TPA Sambutan ini sudah hampir penuh dengan ketinggian mencapai 20 meter. Kalau di TPA Bukit Pinang malah lebih parah, sudah 43 meter. Padahal luas zona Sambutan hanya 2,5 hektare, jauh lebih kecil dibanding Bukit Pinang yang 10 hektare,” kata Deni, saat kunjungan sore ini di TPA Sambutan.
Oleh karena itu, Deni bilang, zona 2 yang progresnya baru 70 persen ini harus dipercepat. Ia juga meminta kepada pihak kontraktor agar menambah armada guna selesai tepat waktu di bulan Desember 2025 ini.
Legislator asal Gerindra itu juga mengingatkan, bahwa sistem pengelolaan sampah tidak boleh lagi menggunakan metode open dumping. Sebagai gantinya, TPA wajib menerapkan metode sanitary landfill agar aman bagi lingkungan sekitar.
Selain itu, Deni menyinggung rencana penggunaan insinerator Wisanggeni versi 6 yang telah diadakan Pemkot Samarinda. Menurutnya, DPRD ingin memastikan teknologi ini benar-benar sesuai regulasi dan tidak menimbulkan polusi.
“Kami ingin tahu apakah insinerator ini aman, terutama soal cerobong dan pembuangan hasil pembakaran yang katanya langsung masuk ke IPAL. Jangan sampai demi cepat mengurangi tonase sampah, kita mengabaikan dampak polusi dan kesehatan jangka panjang. Itu yang kami wanti-wanti,” tegasnya.
Terakhir, Deni mengajak masyarakat untuk ikut berperan sejak dari hulu dengan mengubah pola hidup dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
“Penanganan sampah bukan hanya soal teknologi, tapi juga mindset masyarakat. Kalau satu rumah tangga saja bisa menekan produksi sampah, dampaknya akan besar bagi kota,” pungkasnya. (**)












