KARAKTER.CO.ID, Samarinda – Ketakutan akan bahan kimia membuat sebagian masyarakat memilih menolak vaksinasi dan lebih mempercayai produk herbal. Padahal, baik vaksin maupun herbal sama-sama tersusun dari zat kimia, dan anggapan bahwa kimia identik dengan bahaya adalah kesalahan persepsi yang perlu diluruskan.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim), Jaya Mualimin, meluruskan berbagai kesalahpahaman di masyarakat terkait vaksin dan bahan kimia yang kerap dianggap berbahaya. Ia menegaskan bahwa pemahaman seperti itu muncul akibat salah interpretasi terhadap istilah “kimia”.
“Air itu kimia. H2O itu rumus kimianya. Tapi kalau kita bilang H2O, orang bingung. Padahal air itu ya bahan (senyawa) kimia,” jelas Jaya, ucapnya saat ditemui di ruangannya, Rabu (9/7/2025).
Dirinya mencontohkan lebih jauh, bahwa nasi, tanah, bahkan tumbuhan herbal pun tersusun dari unsur-unsur kimia seperti karbon, nitrogen, dan kalium.
Menurut Jaya, banyak masyarakat masih terjebak dalam anggapan bahwa bahan alami seperti herbal tidak mengandung unsur kimia. Padahal, katanya, semua yang ada di alam pada dasarnya adalah senyawa kimia.
“Herbal juga kimia. Kadang orang menganggap kalau pakai label herbal, berarti bukan kimia. Itu salah kaprah. Semua yang kita konsumsi, dari air minum, minyak, sampai obat-obatan, adalah hasil dari senyawa kimia,” bebernya.
Terkait penolakan sebagian masyarakat terhadap vaksin, Jaya menilai hal itu disebabkan oleh minimnya literasi kesehatan. “Vaksin bukan alat bisnis. Vaksin adalah bagian penting dari perlindungan kesehatan,” tegasnya.
Ia menjelaskan, fungsi vaksin adalah untuk mengenalkan tubuh pada penyakit tertentu sebelum benar-benar terpapar, agar sistem imun dapat membentuk antibodi lebih dulu.
“Misalnya ada kuman TBC atau polio, maka tubuh kita diperkenalkan dulu lewat vaksin. Jadi ketika penyakit datang, tubuh sudah siap karena sel-sel pertahanan kita sudah mengenal musuhnya,” jelas Jaya.
Ia menganalogikan vaksinasi seperti mengenalkan seseorang pada orang baru. Disampaikannya, saat pertama kali bertemu, pasti belum hapal dan kenal. Namun, jika acapkali bertemu, maka sel tubuh kita akan tahu.
“Baru ketemu sekali, mungkin belum hafal. Tapi kalau sudah sering ketemu, dari jauh pun sudah tahu. Begitu juga dengan sel tubuh kita. Vaksinasi membantu tubuh mengenali dan merespons lebih cepat terhadap ancaman,” tambahnya.
Jaya berharap masyarakat, terutama para orang tua, tidak mudah termakan hoaks dan informasi yang menyesatkan. Ia juga mengajak semua pihak untuk mendukung program vaksinasi dan kesehatan publik sebagai bagian dari perlindungan jangka panjang.
“Kita harus hati-hati dalam mempersepsikan sesuatu. Jangan asal bilang ‘kimia itu berbahaya’. Semua serba kimia. Yang penting adalah takaran, manfaat, dan cara penggunaannya,” pungkasnya. (Bey)












