Nilai Bahayakan Warga, Faisal Minta Buaya Selambai Juga Direlokasi

2 menit reading
Sabtu, 7 Okt 2023 02:02 0 67 Redaksi

KARAKTER.CO.ID – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang, Faisal meminta buaya di perairan Selambai, Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara turut direlokasi.

Ia mengatakan binatang yang bisa hidup di air dan di darat ini sudah acap kali muncul di area pemukiman warga Selambai. Terlebih sebagian masyarakat berprofesi sebagai nelayan, sehingga sangat membayahakan bagi mereka.

Bahkan kata dia, kemunculan reptilia ini justru menjadi tontonan bagi anak kecil tanpa pengawasan orang tua. Dirinya mengaku khawatir apabila saat asyik melihat buaya itu, anak-anak tersebut tercebur ke laut.

“Takutnya kalau tidak dilihat, anak-anak malah tercebur dan jadi santapan buaya,” tuturnya, Sabtu (7/10/2023).

Politisi dari Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini menegaskan agar bukan hanya buaya di bantaran sungai Guntung yang direlokasi. Akan tetapi juga yang berada di sekitar laut Selambai di evakuasi dalam kurun waktu satu bulan.

Ia mengaku sering dihubungi oleh warga hingga Ketua RT setempat supaya berkoordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkartan) Kota Bontang untuk merelokasi buaya-buaya tersebut.

Sebab, Faisal bilang untuk menghubungi Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) prosesnya cukup panjang. Beda halnya dengan Disdamkartan ketika dihubungi langsung datang.

“Tapi saja disaat datang mereka tidak bisa berbuat banyak juga karena disaat ada di kolong rumah begitu ribut warga langsung kabur,” katanya.

Lebih jauh ia menyarankan ke Pemerintah Kota (Pemkot) agar Disdamkartan diberi pelatihan, bagaimana supaya menangani buaya-buaya yang liar. Selain itu, diberi senjata yang mengandung obat bius.

“Disaat ada laporan warga langsung datang ke lokasi dan menembak kesasaran buaya, agar bisa diatasi cepat karena disaat masyarakat ramai dan ribut buaya kabur tapi kalau langsung ditembak bius bisa diatasi cepat,” tukasnya.

Penulis: Ira

Print Friendly, PDF & Email

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
.read_related { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .bio_avatar { display: none !important; } .bio_author { display: none !important; } .beritaxx_related { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .area_footer_menu taxx_clear { display: none !important; } .after_title { display: inline !important; font-size: 14px !important; } .secondary_content { display: none !important; } .beritaxx_commentform { display: none !important; } .copyright { display: none !important; } .footer { display: none !important; } .taxxfooter { display: none !important; } .have_comment { display: none !important; }